All New Camry berdesain menawan dan berhasil meningkatkan gengsi. Sayang, sistem keamanannya patut dipertanyakan.
Saya adalah penggemar Toyota. Saya pernah memiliki Corolla DX buatan 1982, juga pernah memiliki Toyota Vios generasi pertama, selain New Vios. Kind saya memiliki dua kendaraan bermerek Toyota, yaitu Kijang Innova yang saya gunakan untuk meninjau lokasi tambang di daerah Banten, dan Toyota Camry 2.4 V.
Camry dipakai saat melakukan lobi kepada klien, menempuh rule Bandung-Jakarta, serta kegiatan sehari-hari di Bandung. Alasan saya memilih Camry sederhana saja. Kemewahan yang ditawarkannya sebanding dengan harganya. Jok kulit, tombol start-stop, cruise control, audio yang berkualitas, hingga sensor parkir semua tersedia. Tenaga pun sebanding dengan bodinya yang besar. Nama besar Toyota dan pengalaman punya mobil Toyota juga meyakinkan saya untuk memilikmya.
Sejauh ini, saya tidak menemukan masalah berarti dalam pelayanan after sales. Bahkan, saya merasa Toyota selalu mendahulukan pengguna Camry dibanding pengguna Toyota lainnya saat bertandang ke bengkel Toyota. Service rutinnya pun murah. Baru-baru ini saya melakukan service 10.000 km dan biayanya hanya Rp 600 ribu-an.
Keluhan teknis mungkin hanya sebatas pada kemudi yang terasa "agak kosong" ketika melibas jalanan berlubang. Setelah saya cek ke bengkel resmi, tidak ada masalah dengan setir maupun kaki-kaki. Hal ini agak membingungkan, meskipun tak mengurangi kenyamanan.
Pernah ada kejadian lain yang tidak mengenakkan. Ketika sedang berkunjung ke rumah seorang teman, mobil dibobol maling. Kaca kanan belakang pecah, dan ban belakang kanan digembosi. Telepon genggam dan handycam yang ditaruh di dalam mobil pun berpindah tangan.
Anehnya, sistem keamanan Camry tidak bereaksi. Saat saya konfirmasi ke bengkel Auto2000 Pasteur, Bandung, mereka tidak dapat memberikan penjelasan yang memuaskan. Ini benar-benar membuat saya kecewa karena mobil sekelas Camry 2.4 V seharusnya memiliki sistem peng-amanan yang bagus. Apa pencurinya yang canggih?
Untungnya Camry yang dibeli secara tunai ini telah dilengkapi asuransi. Setelah kejadian iru klaim asuransi berjalan lancar, tapi proses penggantian kaca yang pecah memakan waktu lama, mencapai tiga bulan. Setelah saya cek, ternyata bengkel rujukan perusahaan asuransi (bukan bengkel resmi Toyota) kesulitan men-cari suku cadang. Menurut mereka, body parts untuk Camry harus dipesan dulu.
Di luar semua itu, saya merasa puas. Tampilan Camry juga cukup gagah bagi seorang pengusaha pertambangan seperti saya. Saya angkat jempol untuk penampilan Camry.

Release Date | : | Selasa, 28 April 2009 |
Media | : | AutoCar, at page 68, size 1100 mmk |
Author/Journalist | : | Tim AutoCar |
Source | : | Panji Permana, pengusaha swasta, tinggal di Bandung |
0 comments
Posting Komentar