Jakarta - Tagline groovy memang nggak bisa lepas dari Toyota Yaris, sekalipun yang mengendarai mobil anak muda ini, bukan anak muda lagi bahkan sudah bapak-bapak. Nah! karena terbawa dengan tagline groovy itulah— barangkali -- saat mengemudi Yaris serasa ingin ngebut terus, salip kiri, salip kanan.
Nggak mikir umur, ha…ha…gara-gara groovy. Kurang lebih sebulan sebelum INILAH.COM dapat pinjaman Yaris, PT Toyota Astra Motor (TAM) mengajak sekitar 40 wartawan melakukan kegiatan menyenangkan dan tampil manis pada “One Groovy Day with Yaris”.
Itu hanya sekadar flashback, bagaimana cara Toyota menjaring pasar anak muda dengan membuat acara yang semuanya berbau anak muda. Tapi, sekarang saya ingin menceritakan bagaimana pengalaman bersama Yaris selama lebih kurang empat hari.
Gesit dan lincah, itulah manuver pertama yang saya rasakan, saat Yaris bermesin inline 4-cylinder, 16 valve, DOHC, VVT-i berkapasitas 1,5 liter ini diajak memasuki jalan tol Prof Sedyatmo. Belum puas merasakan performa Yaris tipe E bertransmisi otomatis ini, saya mencoba memindahkan persneling dari (D) ke posisi 3 dengan sedikit sentuhan menggesernya ke kanan, alhasil secara mengejutkan sebuah sentakan lembut langsung membuat Yaris berkelir Light Blue Mica ini melesat bagai busur.
Kebetulan besok akhir pekan. Ada kepikiran untuk menjajal Yaris Groovy ke arah Subang. Sabtu pagi, bersama teman-teman, Light Blue Mica langsung diarahkan ke jalur tol Cikampek. Seperti biasa, lepas dari mulut tol Bekasi, jalanan sudah dipenuhi dengan ratusan mobil dari berbagai merek. Saya hanya berpikir bagaimana menyelip di antara truk-truk, yang biasanya nggak ada tenggang rasa sama mobil-mobil kecil.
Mengandalkan kelincahan dan kecepatan, Yaris pun terus dipacu. Terkadang, kecepatan bisa dicapai lebih dari 60 hingga 70 km per jam, saat masuk di celah-celah truk-truk besar yang melaju terseok-seok lantaran penuh muatan. Tak jarang mata sopir di kiri kanan melotot, bukan memandang mobilnya melainkan karena gaya menyetir Yaris seperti anak muda, maklumlah bawaannya pengen groovy aja.
Lepas dari Tol Cikampek, perjalanan terus dilanjutkan ke arah Tol Padaleunyi. Di jalur ini, truk-truk semakin merajalela. “Daripada pusing ngeliat ulah para sopir truk, mendingan dengar lagu,” kata saya. Soalnya, audio system Yaris yang sekarang ini sudah dilengkapi 2DIN audio dengan 1 CD indash plus empat speaker, lumayan enak di telinga.
Kurang dari satu jam, Yaris berkelir Light Blue Mica pun keluar pintu Tol Sadang, Purwakarta. Alaamak! lepas dari satu kemacetan, kini harus berhadapan dengan kemacetan lagi. Kali ini, yang membuat macet adalah buruh pabrik, Yaris pun beringsut-ingsut tak mampu mengembangkan kecepatan.
Tiba-tiba pergelangan kaki kanan terasa sakit, nggak seperti biasanya. Tapi, kalau digerak-gerakan langsung hilang. Giliran nginjek gas lagi, mulai lagi ada rasa sakit. “Wah, ada yang nggak beres di kaki atau di pedal gasnya, ya,” pikir saya. Soalnya, kalau diperhatikan letak pedal gas Yaris terlalu rata, sehingga saat pedal diinjak sedikit, posisi telapak kaki terasa kurang nyaman.
Seorang teman menyarankan untuk beristirahat di PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII. Kebetulan di perkebunan itu ada trek yang bisa dipakai untuk menjajal Yaris.
Di kawasan berlapis tanah merah ini, Yaris pun ‘dihajar’, gas di bejek dalam-dalam, suaranya pun mirip mobil rally, tapi hebatnya dan patut dapat acungan jempol, Yaris tak menunjukkan gejala limbung bahkan melintir sekali pun tidak. “asyikk,” teriak teman-teman.
Setelah melepas lelah di Perkebunan Nusantara, perjalanan dilanjutkan ke Subang.
Memasuki kawasan Sadang – Subang, jalan mulai berlika-liku, turun dan menanjak, namun karena performa Yaris cukup yahud, nggak perlu trik khusus untuk mendapatkan performa maksimal. Tanjakan apalagi turunan bukan hambatan bagi Yaris. Bahkan saat menembus jalan berlubang sekali pun, Yaris bisa diajak melaju dengan nyaman.
Maklumlah, sejak kehadirannya tiga tahun silam, Yaris terus melakukan penyempurnaan. Di versi terbarunya ini, penyegaran tampak dari desain pada bumper depan dan belakang, gril radiator, head lamp dan rear combination lamp, engine hood ornament, dan alloy wheel. Sentuhan baru pada interior New Yaris teriihat pada new audio connector yang berfungsi sebagai auxiliary input (Aux In) untuk music player, seperti MP3, iPod dan sebagainya.
Tak terasa, Yaris sudah menempuh perjalanan sejauh 160 kilometer. Sebuah perjalanan yang cukup panjang, dan hebatnya jarum penunjuk konsumsi bahan bakar hanya bergeser sedikit. Dan yang bikin kami berdecak kagum, seolah nggak percaya jarum penunjuk konsumsi bahan bakar itu hanya turun dua garis saat mobil tiba di Jakarta.
Perjalanan Jakarta – Subang – Jakarta cukup dengan modal Rp 100 ribu. Dalam hitungan kasar kami, konsumsi Yaris bisa lebih dari 1: 15. Sementara saat tiba di kantor INILAH.COM di Jalan Rimba, Jakarta Selatan, posisi bahan bakar masih lebih dari setengah. Waw! Iritnya itu lho.
Nggak mikir umur, ha…ha…gara-gara groovy. Kurang lebih sebulan sebelum INILAH.COM dapat pinjaman Yaris, PT Toyota Astra Motor (TAM) mengajak sekitar 40 wartawan melakukan kegiatan menyenangkan dan tampil manis pada “One Groovy Day with Yaris”.
Itu hanya sekadar flashback, bagaimana cara Toyota menjaring pasar anak muda dengan membuat acara yang semuanya berbau anak muda. Tapi, sekarang saya ingin menceritakan bagaimana pengalaman bersama Yaris selama lebih kurang empat hari.
Gesit dan lincah, itulah manuver pertama yang saya rasakan, saat Yaris bermesin inline 4-cylinder, 16 valve, DOHC, VVT-i berkapasitas 1,5 liter ini diajak memasuki jalan tol Prof Sedyatmo. Belum puas merasakan performa Yaris tipe E bertransmisi otomatis ini, saya mencoba memindahkan persneling dari (D) ke posisi 3 dengan sedikit sentuhan menggesernya ke kanan, alhasil secara mengejutkan sebuah sentakan lembut langsung membuat Yaris berkelir Light Blue Mica ini melesat bagai busur.
Kebetulan besok akhir pekan. Ada kepikiran untuk menjajal Yaris Groovy ke arah Subang. Sabtu pagi, bersama teman-teman, Light Blue Mica langsung diarahkan ke jalur tol Cikampek. Seperti biasa, lepas dari mulut tol Bekasi, jalanan sudah dipenuhi dengan ratusan mobil dari berbagai merek. Saya hanya berpikir bagaimana menyelip di antara truk-truk, yang biasanya nggak ada tenggang rasa sama mobil-mobil kecil.
Mengandalkan kelincahan dan kecepatan, Yaris pun terus dipacu. Terkadang, kecepatan bisa dicapai lebih dari 60 hingga 70 km per jam, saat masuk di celah-celah truk-truk besar yang melaju terseok-seok lantaran penuh muatan. Tak jarang mata sopir di kiri kanan melotot, bukan memandang mobilnya melainkan karena gaya menyetir Yaris seperti anak muda, maklumlah bawaannya pengen groovy aja.
Lepas dari Tol Cikampek, perjalanan terus dilanjutkan ke arah Tol Padaleunyi. Di jalur ini, truk-truk semakin merajalela. “Daripada pusing ngeliat ulah para sopir truk, mendingan dengar lagu,” kata saya. Soalnya, audio system Yaris yang sekarang ini sudah dilengkapi 2DIN audio dengan 1 CD indash plus empat speaker, lumayan enak di telinga.
Kurang dari satu jam, Yaris berkelir Light Blue Mica pun keluar pintu Tol Sadang, Purwakarta. Alaamak! lepas dari satu kemacetan, kini harus berhadapan dengan kemacetan lagi. Kali ini, yang membuat macet adalah buruh pabrik, Yaris pun beringsut-ingsut tak mampu mengembangkan kecepatan.
Tiba-tiba pergelangan kaki kanan terasa sakit, nggak seperti biasanya. Tapi, kalau digerak-gerakan langsung hilang. Giliran nginjek gas lagi, mulai lagi ada rasa sakit. “Wah, ada yang nggak beres di kaki atau di pedal gasnya, ya,” pikir saya. Soalnya, kalau diperhatikan letak pedal gas Yaris terlalu rata, sehingga saat pedal diinjak sedikit, posisi telapak kaki terasa kurang nyaman.
Seorang teman menyarankan untuk beristirahat di PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII. Kebetulan di perkebunan itu ada trek yang bisa dipakai untuk menjajal Yaris.
Di kawasan berlapis tanah merah ini, Yaris pun ‘dihajar’, gas di bejek dalam-dalam, suaranya pun mirip mobil rally, tapi hebatnya dan patut dapat acungan jempol, Yaris tak menunjukkan gejala limbung bahkan melintir sekali pun tidak. “asyikk,” teriak teman-teman.
Setelah melepas lelah di Perkebunan Nusantara, perjalanan dilanjutkan ke Subang.
Memasuki kawasan Sadang – Subang, jalan mulai berlika-liku, turun dan menanjak, namun karena performa Yaris cukup yahud, nggak perlu trik khusus untuk mendapatkan performa maksimal. Tanjakan apalagi turunan bukan hambatan bagi Yaris. Bahkan saat menembus jalan berlubang sekali pun, Yaris bisa diajak melaju dengan nyaman.
Maklumlah, sejak kehadirannya tiga tahun silam, Yaris terus melakukan penyempurnaan. Di versi terbarunya ini, penyegaran tampak dari desain pada bumper depan dan belakang, gril radiator, head lamp dan rear combination lamp, engine hood ornament, dan alloy wheel. Sentuhan baru pada interior New Yaris teriihat pada new audio connector yang berfungsi sebagai auxiliary input (Aux In) untuk music player, seperti MP3, iPod dan sebagainya.
Tak terasa, Yaris sudah menempuh perjalanan sejauh 160 kilometer. Sebuah perjalanan yang cukup panjang, dan hebatnya jarum penunjuk konsumsi bahan bakar hanya bergeser sedikit. Dan yang bikin kami berdecak kagum, seolah nggak percaya jarum penunjuk konsumsi bahan bakar itu hanya turun dua garis saat mobil tiba di Jakarta.
Perjalanan Jakarta – Subang – Jakarta cukup dengan modal Rp 100 ribu. Dalam hitungan kasar kami, konsumsi Yaris bisa lebih dari 1: 15. Sementara saat tiba di kantor INILAH.COM di Jalan Rimba, Jakarta Selatan, posisi bahan bakar masih lebih dari setengah. Waw! Iritnya itu lho.
0 comments
Posting Komentar